Print this page
Senin, 21 November 2016 15:57

Delapan Lambang Keberuntungan (The Eight Auspicious Signs)

Written by
Rate this item
(0 votes)

RASHI TAK GYED
THE EIGHT AUSPICIOUS SIGNS
DELAPAN LAMBANG KEBERUNTUNGAN

Delapan lambang keberuntungan tradisi Buddhisme dianggap sangat signifikan. Tiap lambang dari delapan lambang keberuntungan ini mewakili arti masing-masing dan berbeda dalam keunikan sendiri. Tetapi pada akhirnya, semua ungkapan terjalin dalam jalur Buddha mencapai pencerahan.

1. Dhug (The Parasol/Payung)
Dhug adalah simbol dari martabat kerajaan dan perlidungan. Dikenal sebagai Chatrra dalam bahasa Sanskerta. Ini disimbolkan untuk menjaga makhluk dari bahaya seperti penyakit, kekuatan berbahaya dan hambatan-hambatan dan sebagainya. Kubah mewakili sifat kebijaksanaan yang meresap dan syal sutra yang menggantung mewakili kelembutan dari cinta kasih. Dengan demikian, bentuk komposit dari Dhug ini menandakan gabungan dari dua kualitas Kebijaksanaan dan Cinta Kasih.

 

 

 

 

2. Ser-Nya (The Golden Fish/Ikan Emas)
Gabungan dari dua Ser-Nya (Ikan Emas) menandakan inti dari pengetahuan dan kebijaksanaan, yang mana meningkatkan pemahaman tentang sifat sejati. Mata bulat yang indah menandakan mata dengan persepsi yang jelas, sebagai ikan dapat melihat walaupun dia air yang berlumpur. Dan postur mengalir lembut menandakan kemampuan dharma yang dapat membiarkan makhluk hidup berenag dengan mudah tanpa halangan dari lautan duniawi ke air yang penuh dengan kebahagiaan.

 

 

 

 

3. Bumpa (The Treasure Vase/Vas Harta)
Bumpa mewakili bentuk tenggorokan Buddha. Dikatakan bahwa Bumpa diisi dengan nektar keabadian dan perhiasan berharga, sehingga Vah Harta ini yang tak habis-habisnya dianggap sangat suci. Sebagaimana diisi dengan  barang berharga, disimbolkan pikiran yang terisi dengan pengetahuan Buddha Dharma dan dengan ini memenuhi keinginan semua makhluk hidup.

 

 

 

 

4. Padama (The Lotus/Teratai)
Padma tumbuh di kolam lumpur tetapi tumbuh mekar sangat indah dengan harum aromatik walau ada partikel lumpur kecil di atasnya, ini melambangkan kemungkinan ysng dimiliki makhluk hidup untuk terbebas dari penderitaan dan menjadi seorang yang tersadarkan melalui terlahirnya di lumpur tersebut eperti terlahir di alam samsara. Kelembutan dan kehalusan kelopak teratai ini menandakan kemamouan bicara yang dapat menjelaskan penjelasan sesuai dengan kemampuan dan motivasi dari makhluk hidup. Ini uga merupakan simbol dari tidak melekat.

 

 

 

 

5. Dungkar Aykhil (The Right-coiled White Conch/ Keong putih yang melingkar ke kanan)
Dungkar Aykhil, keong putih yang melingkar ke kanan digunakan sebagai terompet, lambang ketenaran, otoritas dan kedaulatan. Melambangkan Gigi Suci Buddha, dan suara melodi yang dihasilkan dari keong tersebut disimbolkan sebagai ajaran dharma, yang mana membangkitkan makhluk hidup dari ketidaktahuan (kebodohan) dan membujuk mereka menuju jalan perbuatan mulia yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lainnya.

 

 

 

 

6. Palbheu (The Endless Knot/Simpul tak berujung)
Palbheu adalah sebuah ilustrasi geometrik, yang mana melambangkan sifat realitas yang mana semua saling terkait dan hanya keberadaan karma dan akibatnya. Karena simpul Palbheu ini tidak berawal atau tidak berakhir, ini menandakan kebijaksanaan Buddha yang tak terbatas, cahayanya yang bersinar menandakan potensi pengetahuan yang mulia yang meliputi batas setiap sudut dimana makhluk hidup berada.

 

 

 

 

7. Gyaltshen (The Banner of Victory/Panji Kemenangan)
Gyaltshen adalah sebuah simbol yang melambangkan kemenangan pencerahan Buddha dan kemenangan doktrin Buddha atas kematian, kebodohan dan semua negativitas di dunia yang fana ini. Secara tradisonal ditempatkan di emapt sudut setiap biara Buddhis dan atap vihara untuk melambangkan kemenangan Buddha Dharma memancar ke semua empat penjuru, dan juga dilambangkan sebagai kemenangan atas emapt Mara (kekuatan jahat). Panji kemenangan ini juga digunakan pada saat prosesi.

 

 

 

 

8. Chokey Khorlo (The Wheel of Dharma/ Roda Dharma)
Chokey Khorlo dikenal sebagai Dharma Chakra dalam bahasa Sanskerta. Dikatakan bahwa Dewa Brahma mempersembahkan roda emas ini kepada Buddha dalam hal meminta Buddha memutar roda Dharma di dunia ini demi makhluk hidup. Di telapak kaki Buddha tercetak Dharma Chakra secara alami yang merupakan salah satu bukti pencapaiannya. Oleh karena itu, tanda ini melambangkan kaki Buddha yang benar-benar menghancrkan setiap emosi negative dan memenangkan pencerahan murni dengan kemuliaan. Memutar roda melambangkan roda Dhrama yang telah diputar dapat memungkinkan semua makhkuk hidup bersukacita atas perbuatan baik dan pembebasan akhir.

*Sumber: Palyul Times 5th Issue Nov 2012

Dibaca 12621 kali Last modified on Senin, 21 November 2016 16:17
Web Admin

Latest from Web Admin