Indonesian Chinese (Simplified) English

Pengenalan Tibetan Buddhism

Wajrayana atau kadang ditulis Vajrayana, adalah suatu ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan, seperti misalnya: mantrayana, ajaran mantra rahasia, ajaran Buddha eksoterik. Wajrayana adalah merupakan ajaran yang berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda dalam hal praktek, bukan dalam hal fil...

Pengenalan Tentang Palyul

Apa itu palyul? Palyul adalah salah satu 6 Biara Induk ari Sekolah Nyingma atau Tradisi Terjemahan Awal dari Buddhisme Tibet. Biara ini didirikan pada tahun 1665 di Provinsi Kham, Tibet Timur (sekarang Baiyu, Sichuan, China) oleh Kunzang Sherab, Pemegang Tahta Pertama Palyul. His Holiness Karma Kuchen Rinpoche (kiri), Pemegang Tahta ke-12 adalah Pemimpin Silsilah Palyul saat ini. Sebagaimana ya...

Ajaran Palyul Nyingma Indonesia
Web Admin

Web Admin

Kamis, 05 December 2013 11:55

Nyung Ne Retreat 2013

Palyul Nyingma Vihara Padma Sambhava mengadakan Nyung Ne Retreat 2013 pada tanggal 05-08 Desember 2013 di JhanaManggala, Gunung Geulis, Ciawi, Bogor.

Nyungne adalah praktek yang paling efektif untuk memurnikan karma buruk akibat kesalahan kita sendiri. Praktek ini diungkapkan oleh Gelongma Phalmo, Puteri Seorang Raja dan ketika terserang penyakit kusta, Beliau mendapat mimpi dari Raja Indrabodhi agar melakukan Latihan Avalokitesvara. Dia melakukan praktek ini selama 12 tahun  dan menjadi seorang Mahasiddha. Retret meliputi praktek pemurian yang powerful seperti puasa dalam  waktu tertentu, namaskara dan hening atau tidak berbicara.

Retreat Pemurnian Nyungne ini melaksanakan delapan sila (atthasila)  selama beberapa hari. Pahala kebajikan mengikuti praktek Nyungne ini adalah tak terhingga. Pahala mengikuti 1(satu) kali Nyungne sama dengan pahala melafalkan 100 juta kali mantra Om Mani Padme Hum.  Pahala mensponsori seseorang mengikuti Nyungne akan sama seperti mengikuti Nyungne tersebut.

Registrasi dan Partisipasi:

  • Biaya pendaftaran: Rp. 500.000,- per peserta.
  • Pendaftaran ditutup tangal 20 November 2013
  • Tanggal retreat: 5-8 Des 2013
  • Tempat retreat: Jhana Manggala Gunung Geulis, Ciawi, Bogor

Untuk informasi dan registrasi, silahkan hubungi Panitia sebagai berikut:

Jakarta:

Ismanto 0816641862

Jiwo 088809810384

Sugianto 0818732158

Juneta 0811655863

Medan:

Herman Wongso 0811636860

Herman Tanadi 085270775130

Wendy 06177229993

    

    

    

    

    

Empowerment of Buddha Amitabha and Buddha Amitayus + Puja Pemberkahan 21 Zhambala

Palyul Indonesia - Vihara Padma Sambhava

Sabtu, 26 Mei 2012
    Pukul 14.00 - 16.00 WIB
    Empowerment ( Inisiasi ) Amitabha Buddha

    Pukul 19.00 WIB - Selesai
    SUR Puja ( Puja Persembahan Kepada Leluhur )

Minggu, 27 Mei 2012
    Pukul 14.00 - 16.00 WIB
    Empowerment ( Inisiasi ) Amitayus Buddha
    Visudhi Trisarana

    Pukul 19.30 WIB - Selesai
    Puja Pemberkahan 21 Zhambala

Tempat:
Restoran Happy - Happy
Jl. Sampali ( Simpang Jl. Wahidin )
No. 37 / 49

Sabtu, 29 January 2011 11:27

Special Empowerment on the Three Roots

SPECIAL EMPOWERMENT ON THE THREE ROOTS
(Lama/Guru - Yidam/Deva - Khandro/Dakini)
WITH MAHAKALA PUJA

Lama/Guru Rigzin Duepa/Guru Padmasambhava yang merupakan perwujudan dari semua Buddha, dikenal sebagai Lama Rigzin Duepa

Yidam/Deva Drakpo Ta Chung Barwa adalah perwujudan dari semua yidamdan secara khusus perwujudan dari Guru Murka, Hayagriva dan Great Garuda, penakluk naga
i
Khandro/Dakini Yeshe Tsogyal adalah perwujudan dari Yeshe Tsogyal sendiri, Tara dan Vajravarahi secara external, internal dan rahasia sesuai urutan

Makna dari Tiga Akar:
1. Tanpa bergantung kepada Lama/Guru, akar dari semua berkah, tidak ada kemungkinan mendapatkan berkah dari Buddha
2. Tanpa bergantung kepada Yidam/Deva, akar dari semua pencapaian, tidak ada kemungkinan Buddha memberikan suatu      pencapaian
3. Tanpa bergntung kepada Khandro/Dakini, akar dari semua aktifitas suci, tidak ada kemungkinan munculnya aktifitas altruistik Buddha yang bertujuan untuk membantu sesama di dalam diri kita

Oleh karena itu, sebagai permulaan, seseorang harus memperoleh kuasa yang sebenarnya, jika tidak, mendengarkan ajaran Dharma, bermeditasi kepada Yidam/Deva, membaca mantra dan meditasi Samadhi dilarang sepenuhnya. Sesudah kuasa diterima, diizinkan mendengarkan Dharma, bermeditasi kepada yidam/deva dan membaca mantra. Jug terdapat keuntungan lainnya yang tak terhingga seperti bahwa seseorang akan selalu dilindungi oleh pelindung Dharma. Karena itu sangatlah penting untuk mendapatkan kuasa, untuk itu kami telah mengundang Guru Spritual Khenchen Pema Sherab Rinpoche.

Kami, Khenpo Khentse Norbu Rinpoche dan segenap anggota kepanitiaan dari Vihara Padmasambhava, menghimbau kepada semua pengikut dari Doktrin Sakyamuni Buddha agar dapat menerima kuasa yang berharga ini.

Sabtu, 29 Januari 2011
14:00 - 16:00     INISIASI LAMA RIGZIN DUEPA & YIDAM DRAKPO TA CHUNG BARWA
19:00 - 21:00     MAHAKALA PUJA

Minggu, 30 Januari 2011
14:00 - 16:00     INISIASI KHANDRO YESHE TSOGYAL & CERAMAH DHARMA TENTANG THREE ROOTS (Lama/Guru - Yidam/Deva - Khandro/Dakini)
19:00 - 21:00     MAHAKALA PUJA

Tempat:
SELECTA BUILDING Lantai 3
Jl. Listrik No. 2 Medan

Selasa, 22 November 2016 10:37

Transmisi Dari Tantra Batin dan Dzogchen

Menurut sejarah Nyingma, tiga kelas Tantra Dalam yaitu Mahayoga, Anuyoga dan Atiyoga, semua berasal dari Samantabhadra, Buddha Primordial yang tak lain adalah rwalitas pikiran Buddha itu sendiri. Dari perspektif Tantra Dalam, yang merupakan tiga kaya yakni Dharmakaya, Sambhogakaya dan Nirmanakaya adaah identik intinya. Sesorang tidak memiliki Sambhogakaya atau Nrmanakaya tanpa sumber dari mereka yang mana adalah Dharmakaya. Ini berarti Nirmanakaya Buddha Sakyamuni fan Buddha Samantabhadra Dharmakaya bukanlah dua Buddha yang terpisah tapi manifestasi dari kebuddhaan tunggal. Perbedaan terletak pada persepsi, kapasitas dan kebutuhan murid-murid yang berbeda. Bodhisattva dari Bhumi Pertama, yang sementara mreka tidak bisa secara langsungbertemu dengan Dharmakaya Buddha Samantabhadra, mereka mampu bertemu dengan dia melalui Sambhogakaya, Jadi mereka menerima ajaran Vajrayana melalui kehadiran Buddha Sambhogakaya. Bagai mereka yang tidak dapat secara langsung merasakan Sambhogakaya, maka pikiran yang terbangun muncul dan mengajarkan sesuai dengan tingkat pemahaman dan persepsi mereka di dalam bentuk Nirmanakaya, seperti dalam halnya Buddha Sakyamuni. Namun demikian, Samantabhadra dan Sakyamuni keduanya adalah aspek dari Kebuddhaan Tunggal.

Tantra Dalam telah ditransmisikam dari Dharmakaya Buddha Samantabhadra sampai hari ini dalam tiga tahap yang berbeda: Niat Tercerahkan (atau pikiran) Silsilah dari para Buddha, Silsilah Dalam Simbolik dari Pemegang Kesadaran atau Vidyadhara, dan Silsilah Lisan Individu Manusia yang ditinggikan. Melalui tiga transisi inilah Tantra Batin memasuki dunia kita dan menemukan menemukan manusia pertama mereka (dalam penampilan setidaknya) penerima di Prahevajra, atau Garab Dorje. Tantra Dalam kemudian ditransmisikan oleh Prahevajra ke Manjushrimitra dan dari dia kepada Shri Singha. Pemegang silsilah ini mewariskan ajaran kepada Padmasambhava, Jnanasutra, dan Vimalamitra yang bersama dengan guru kelahiran Tibet Vairotsana, membawa garis keturunan dan ajaran ke Tibet. Garis keturunan dari Tantra Dalam dan Dzogchen terus turun hingga hari ini melalusi suksesi tak terputus dari Kama dan Terma, dan telah menghasilkan sejumlah meditator kesadaran agung, utama dan guru yang telah memegang garis keturunan dan membawa ajaran sampai membuahkan hasil. Serta pendiri silsilah awal tersebut, guru-guru tersebut termasuk Dua Puluh Lima Murid Padmasambhava, para Terton, Longchen Rabjam (Longchenpa 1308-1364), Patrul Rinpoche (1808-1887), Dodrubchen Rinpoche dan Ju Mipham (1846-1912).

 

Longchenpa adalah teramat penting untuk Nyingmapa, terutama di dalam tradisi Dzogchen. Dia menyatukan dan mengkompilasi ajaran tentang dua Dzogchen Nyingthig silsilah utama (sari jantung), menambahkan tida komentarnya sendiri terhadap ajaran Guru Rinpoche dan Vimalamitra. Ia juga menulis Dzodun yang terkenal (Tujuh Harta Karun), teks yang menyajikan berbagai aspek pandangan, meditasi, dan pelaksanaan Nyingma Semibilan Yana (kenderaan). Dia meninggalkan lebih dari dua ratus lima puluh risalah, banyak yang masih dianggap sebagai karya yang paing komorehensif dan otoritatif yang belum pernah ditulis mengenai pandangan dan oraktek Dzogchen. Itu visinya tentang Longchenpa dan Padmasambhava bahwa Terton Rigdzin Jigme Lingpa mulai mengirimkan termaNya, Longchen Nyingthig (Sari Jantung dari Hamparan Luas atau Tetes Jantung dari Longchenpa) siklus pengajaran. Sejak diwahyukan kepada Jigme Lingpa sebagai Terma Pikiran, Longchen Nyingthig telah menjadi salah satu yang paling banyak dipraktekkan dari semua tradisi Dzogchen. Hal ini dipandang sebagai sintesis dari dua tradisi Dzogchen yang datang melalui Padmasambhava (Khandro Nyingthig) dan Vimalamitra (Vima Nyngthig), dan yang mengalir bersama-sama di Longchenpa. Seoerti itulah ajaran silsilah Longchen Nyingthig yang Drupon Rinpoche Karma Lhabu dari Lama-nya, guru dari aris keturunan yang ditamoilkan dalam bagian ini.

Nyingma atau garus keturunan kuno adalah yang tertua daari tradisi Buddhisme Tibet. Meskipun sevara historis Buddhisme telah  diperkenalkan di Tibet pada abad ke tujuh, pada masa oemerintahan Raja Songtsen Gampoi (617-698), itu hanya diteguhkan sepenuhnya pada masa pemerintahan Trisong Detsen (790-858). Sementara tradisi-tradisi Buddhis yang besar berkembang di India, Raja Trisong Detsen mengundang otang India ternama Pandita Shantarakshita untuk membantunya dalam meneguhkan agama BUddha di Tbet. Karena halangan di dalam pekerjaan mereka dan atas saran Shantarakshita, Sang Raja mengundang Padmasambhava (Pema Jungney dalam bahasa Tibet) ke Tibet, meminta dia untuk menenangkan kekuatan negatif dan halangan.

Bersama dengan Shantarakshita, Padmasambhava membangun Biara Samye yang terkenal di Tibet Selatan, yang menjadi pusat utama pembelajaran dan dimana sebagian besar teks-teks sanskerta dan sastra dari India pertama kali diterjemahkan kedalam bahasa Tibet. Di bawah arahan Padmasambhava dan Vimalamitra serta Vairotsana dan melalui upaya lebih dari seratus pandita Tibet dan India, Mahayoga, Anuyoga dan Atiyoga Tantra diterjemahkan ke bahasa Tibet bersama dengan sebagain besar ajaran Buddha yang kemudian dikenal sebagai Guru Rinpoche (Guru Mulia) adalah sangat penting terutama untuk silsilah Nyingma dan Buddhisme Tibet pada umumnya, yang memandang Dia sebagai Bapak Pendiri Agama Buddha Di Tibet. Ia juga dianggap oleh Nyingmapa sebagai Buddha Kedua.

Keturunan Nyingma mengkategorikan ajaran-ajaran Buddha dan jalan Buddhis lengkap menjadi Semibilan Yana atau Kenderaan. tiga pertama dari ini adalah Tiga Kenderaan Umum: Shravaka Yana, Pratyekabuddha Yana dan Bodhisattva Yana (Mahayana). Kemudian diikuti oleh Tiga Tantra Luar: Kriya Tantra, Upa (charya) Tantra dan Yoga Tantra. Dan terakhir ada Tiga Tantra Dalam : Mahayoga, Anuyoga dan Atiyoga. Enam pertama dari sembilan yana ini adalah umum untuk semua sekolah Buddhisme Tibet, sedangkan tiga bterakhir, Tantra Dalam adalah untyk garis keturunan Nyngma (sekolah lain memiliki presentasi yang sediki berbeda dari Tatra yang kebih tinggi, dalam bentuk Tantra Anuttarayoga).

THE VERSE OF THE EIGHT NOBLE AUSPICIOUS ONES
AYAT 8 KEAGUNGAN MULIA
NANG SI NAM DAG
BA Ji XIANG


Manfaat melafalkan Doa Ayat 8 Keagunan Mulia tersebut adalah sebagai berikut:
* Jika seseorang membacakan doa ini beserta maknanya dengan penuh rasa hormat, ketika ia bangun di pagi hari, ia akan mencapai segala yang ia harapkan pada hari itu.
* Jika seseorang membacanya sebelum tidur, ia akan mendapatkan mimpi yang baik.
* Jika seseorang membacanya sewaktu memasuki medan perang, ia akan mendapatkan kemenangan dengan segala kehormatan.
* Jika seseorang membacanya sewaktu ia memulai pekerjaan, ia akan memperoleh keberhasilan.
* Jika seseorang membacanya setiap hari selama hidupnya, sukses, ketenaran dan kekayaan akan bertambah, ia akan mencapai harapannya seperti yang diharapkan dan mendapatkan kebahagiaan sempurna; segala perbuatan buruk dan halangan akan tersucikan dan semua yang keinginan untuk kebahagiaan sementara maupun kebahagiaan akhir akan terpenuhi.

Ini adalah Rangkaian Permata Mulia yang muncul dalam lautan bathin dari Jampal Gyepai (Mipham Rinpoche) pada waktu yang sempurna, hari ketiga dari bulan kelima, hari minggu, di tahun monyet api, pada saat yang beruntung ketika konstelasi Sang Pemenang sangat dominan.

Ini sangat penting dilafalkan sebelum memulai kegiatan apapun; pekerjaan apapun akan berhasil dengan tepat seperti yang diingikan.

OM NANG SI NAM DAG RANG ZHIN LHUN DRUB PA'I
Om dimana segala yang tampak dan berwujud adalah sepenuhnya murni, hakikatnya semurna dengan spontan

TASHI CHOG CHU ZHING NA ZHUG PA YI
Semua yang berdiam di alam-alam mulia di sepuluh penjuru

SANG GYE CHO DANG GE DUN PHAG PA'I TSOG
Penghormatan kepada Buddha, Dharma dan Sangha yang mulia

KUN LA CHAG TSAL DAG CHAG TASHI SHOG
Semoga segalanya menjadi keberuntungan bagi kami

DRON MEI GYAL PO TSAL TEN DON DRUB GONG
Dron Mei Gyal Po Tsal Ten Don Drub Dang

JAM PA'I GYEN PAL GE DRAG PAL DAM PA
Jam Pay Gyen Pal Ge Drag Pal Dam Pa

KUN LA GONG PA GYA CHER DRAG PA CHEN
Kun La Gong Pa Gya Cher Drag Pa Chen

LHUN PO TAR PHAG TSAL DRAG PAL DANG NI
Lhun Po Tar Phag Tsal Drag Pal Dang Ni

SEM CHEN TAM CHE LA GONG DRAG PA'I PAL
Srm Chen Tam Che La Gong Drag Pay Pal

YI TSIM DZAD PA TSAL RAB DRAG PAL TE
Yi Tsim Dzad Pa Tsal Rab Drag Pal Te

TSEN TSAM THO PE TASHI PAL PHEL WA
Hanya mendengar nama-namaMu menambah keberuntungan dan keberhasilan

DE WAR SHEG PA GYE LA CHAG TSAL LO
Kami bersujud kepada Mu, Delapan Tathagata

JAM PAL ZHON NU PAL DEN DORJE DZIN
Yang lemah lembut dan berjiwa muda Manjusri, Yang mulia Vajrapani

CHEN RE ZIG WANG GON PO JAM PA'I PAL
Avalokitesvara, Sang Pelindung Maitreya

SA YI NYING PO DRIB PAR NAM PAR SEL
Ksitigarbha, Sarvanivarana Vishkambhin

NAM KHI NYING PO PHAG CHOG KUN TU ZANG
Akashagarbha dan Yang Maha Agung dan Bajik Samantabhadra

UTPAL DORJE PE KAR LU SHING DANG
Bunga Utpala, Vajra, Teratai Putih, Pohon Naga

NORBU DAWA RAL DRI NYI MA YI
Permata, Bulan, Pedang dan Matahari

CHAG TSEN LEG NAM TASHI PAL GYI CHOG
Yang anggung memegang benda-benda tersebut dan sangat agung dalam menganugerahkan keberuntungan dan keberhasilan

JANG CHUB SEM PA GYE LA CHAG TSAL LO
Kami bersujud kepada Mu, Delapan Boddhisattva

RIN CHEN DUG CHOG TASHI SER GYI NYA
Payung yang sangat berharga, Ikan Emas keberuntungan

DED JUNG BUM ZANG YI ONG KA MA LA
Vas permata pengabul harapan, Bunga Kamala yang sangat indah

NYEN DRAG DUNG DANG PHUN TSHOG PAL BE'U
Keong ketenaran dan mulia, Simpul Kemakmuran yang agung

MI NUB GYAL TSEN WANG GYUR KHOR LO TE
Panji Kemenangan dan Roda Kekuasaan agung

RIN CHEN TAG CHOG GYE KYI CHAG TSEN CHEN
Pemegang Delapan Lambang Benda yang paling berharga

CHOG DI GYAL WA CHOD CHING GYE KYED MA
Dengan persembahan kepada para Buddha di seluruh penjuru dan waktu

GEG SOG NGO WO DREN PE PAL PEL WA'I
Hanya dengan memikirkan kualitas-kualitas inti mereka membuat keberhasilan dan ketenaran tumbuh semakin berkembang

TASHI LHA MO GYE LA CHAG TSAL LO
Kami bersujud Kepada Mu, Delapan Dewi Keberuntungan

TSANG PA CHEN PO DE JUNG SED MED WU
Maha Brahma, Shambu (Shiva), Narayana (Vishnu)

MIG TONG DEN DANG GYALPO YUL KHOR SUNG
Sahasrajna (Indra), Sang Raja Dhrtarashtra

PHAG KYE PO DANG LU WNG MIG MI ZANG
Virudhaka, Virupaksha Penguasa Para Naga

NAM THO SE TE LHA DZE KHOR LO DANG
Dan Vaishravana. Masing-masing memegang pusaka surgawi

TRI SHU LA DANG DUNG THUNG DORJE CHEN
Roda, Trisula, Tombak, Vajra

PI WAN RAL DRI CHOD TEN GYAL TSEN DZIN
Vina, Pedang, Stupa dan Panji Kemenangan

SA SUM NE SU GE LEG TASHI PEL
Yang membuat keberuntungan dan secara positif tumbuh dalam tiga alam

JIG TEN KYONG WA GYED LA CHAG TSAL LO
Kami bersujud kepada Mu, Delapan Pelindung Dunia

DAG CHAG DENG DIR JA WA TSOM PA LA
Semoga segala kegiatan yang akan kami mulai

GEG DANG NYE WAR TSE WA KUN ZHI NE
Segala halangan rintangan dan pengaruh berbahaya berbahaya ditaklukan

DED DON PAL PHEL SAM DON YI ZHIN DRUB
Semoga segala pemenuhan harapan tumbuh dan keberhasilan semuanya bertemu

TASHI DE LEG PHUN SUM TSOG PAR SHOG
Membawa keberuntungan, kemakmuran, kebahagiaan dan perdamaian


*Lebih berdaya guna apabila telah menerima transmisi lisan (oral transmission) dari Guru yang berkompeten*

Selasa, 22 November 2016 09:36

Manfaat dan Pahala Persembahan

Manfaat dan pahala melakukan persembahan terhadap objek pemujaan seperti tempat suci, kuil, altar Buddha, yang telah menjadi dasar mengumpulkan kebajikan dan memurnikan hambatan adalah sebagai berikut:
Seperti yang dinyatakan dalam harta yang diungkap oleh Terton Sangay Lingpa (Lama Gongdue):
"Mempratketkan cara persembahan dengan tubuh/perbuatan akan memurnikan hambatan tubuh yang terakumulasi sebelumnya dan selanjutnya tidak akan ternoda oleh masa yang akan datang; akan terbebas dari penyakit, akan dikagumi oleh setiap orang disekelilingnya; akan memiliki prilaku yang mengesankan; akan berhasil di setiap kegiatan yang dilakukan; dan akan memiliki kekuatan fisik yang besar dan banyak kualitas baik yang lainnya."

Dan juga, jika kita berusaha memberi persembahan ucapan dengan rasa bakti; hambatan ucapan yang terakumulasi sebelumnya akan dimurnikan dan selanjutnya tidak akan ternoda oleh masa yang akan datang; akan terkena cacat ucapan seperti gagap, kebisuan dan lain lain. and kekuatan ucapan akan meningkat dan akan memiliki kualitas ucapan yang tak terhitung seperti ucapan menenangkan dan sejenisnya.

Persembahan yang tekun melalui pikiran akan memurnikan semua hambatan pikiran yang terakumulasi sebelumnya dan selanjutnya tidak akan ternoda oleh masa yang akan datang; akan terbebas dari penyakit jantung seperti serangan jantung, dan lain lain. Dan akan mencapai apapun yang dicita-citakan.

Manfaat dan pahala lainnya diperoleh dari praktek persembahan yang rajin adalah: seseorang akan menjadi kaya dan sejahtera; seseorang akan memiliki hidup dengan panjang umur dengan banyak berkualitas tinggi dan lain lain.

Akhirnya, karena mengumpulkan banyak pahala, seseorang akan mendapatkan kumpulan kebijaksanaan, dan seseorang akan setidak-tidaknya terlahir sebagai dewa keberuntungan atau manusia dengan memiliki semua kualitas surgawi, dan lain lain. Dan selanjutnya akan menghasilkan dan meningkatkan banyak sifat-sifat bajik."

Dan juga, the Instructional teaching of Prosperity Prayers oleh Lagla Choe-Durb menyatakan:
"Jika kita mempersembahkan bahkan sebiji gandum kepada objek suci, hasilnya akan besar sekali."

Oleh sebab itu, penyebab utama orang kaya saat ini adalah buah dari sedikit persembahan yang mereka persembahkan di kehidupan lalu mereka.

Sebagai contoh, saat dahulu kala, kaisar di dunia yang dikenal sebagai Ngalaynu memiliki keberuntungan dan kekuatan bajik untuk menaklukkan provinsi di seluruh benua dari empat penjuru dan bahkan setengah dari tahta Raja Indra (raja dari alam dewa). Ini juga hasil dari pahala yang diperoleh dari mempersembahkan tujuh buah kacang kepada Buddha yang dikenal sebagai Soed Chab.

Selanjutnya, suatu waktu di sebuah desa yang disebut Zang-jayd, hiduplah seorang perumah tangga yang bernama Lug, yang memiliki kebajikan yang besar dan keberuntungan yang bahkan sekilas tampak akan mengisi gudang kosongnya dengan barang. Istri, anak, menantu perempuan, pelayan dan pembantunya, berenam dari mereka juga mempunyai akumulasi kebajikan dan keberuntungan yang sangat banyak yang mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan. bahkan jika sejumlah makanan dijatuhkan di tangan meraka, secara spontan meningkan menjadi ratusan bahkan ribuan kantong.

Akhirnya, akumulasi pahala yang besar telah membawa mereka berenam dekat dengan Buddha yang imana mereka menerima ajaran ajaran dan mencapai pencerahan.

Jika kita ingin mengetahui, perbuatan apa yang telah mereka lakukan sehingga berbuah demikian; pada suatu ketika di Varanasi, selama pemerintahan Raja Tshang-Jin, di sana telah mengalami kemiskinan selama sepuluh tahun. Pada saat itu, seorang perumah tangga meendapatkan secangkir beras dengan menyapu di gudang Raja yang kosong. Kemudian saat memasaknya, seorang biksu tiba untuk meminta sedekah, dan perumah tangga tersebut langsung berpikir: "Itu sia sia jika saya mempunyai bagian dari sedikit makanan ini, kematian pasti untuk saya, cepat atau lambat dengan kelaparan." Berpikir begitu, dia berencana membagikan makanannya kepada biksu. Dia kemudian menceritakan ide tersebut kepada istri, anak, menantu perempuan, pelayan dan pembantunya, yang merespon dengan baik, ingin memberikan persembahan yang sama dari bagian mereka. Jadi, dengan niat yang sama mereka mempersembahkan sedikit nasi kepada biksu.

Melihat keyakinan yang besar dan kebaikan dalam diri mereka, biksu tersebut menunjukkan kualitas tertingginya kepada mereka, karena Beliau adalah seorang arahat secara nyata. Lalu mereka memberi hormat dan berdoa kepadanya dengan rasa bakti yang mendalam. Dengan demikian, dengan kekuatan pahala ini, gudang yang kosong secara langsung terisi dan kemiskinan di negara tersebut telah terselesaikan. Sejak itu dan seterusnya, keenam anggota keluarga tersebut selalu terlahir sebagai orang kaya dan makmur di setiap kali kelahiran kembali mereka, dan mereka tdak pernah menghadapi dirampas bahkan sedikitpun tidak pernah dan tidak pernah pernah dilanda kemiskinan selamanya. Dengan cara ini, mereka akhirnya mengambil kelahiran kembali pada masa Buddha Sakyamuni dengan keberuntungan yang sangat besar.

Demikian pula, di tempat yang dinamakan NgyenYod, seorang anak lai-laki dengan tanda mulia yang sempurna lahir di sebuah rumah tangga. Hujan berupa bunga mengiringi selama kelahirannya sebagai tanda keberuntungan yang penuh harapan, dan kelak dia menjadi seorang pertapa dan mencapai tingkat arahat. Ini juga merupakan hasil yang tidak langsung dari persembahan dengan keyakinan yang besar oleh seorang laki-laki yang miskin pada suatu ketika di kehidupan sebelumnya, yang mana ia sungguh-sungguh dan imaginatif mempersembahkan bunga yang dhihiasi kepada Tiga Permata (Buddha, Dharma, Sangha). Dinyatakan bahwa dia terlahir di keluarga yang kaya untuk sembilan puluh satu generasi dan hujan berupa bungan mengiringi pada setiap kesempatan kelahirannya.

Dengan cara yang sama, suatu waktu seorang lelaki tua yang miskin pergi ke membajak sawah dengan membawa sebuah mangkok berisi bubur untuk makanannya, tetapi sementara waktu dia melihat penduduk desa mempersembahkan apa yang mereka miliki kepada Buddha dan mengakumulasi pahala. Dengan melihat ini, dia menjadi kecewa mengingat kesalahannya berkomitmen di masa lalu. Buddha mengetahui hal ini dan pergi menuju kepadanya dan meminta sedekah bubur. Lelaki tua tersebut dengan suka cita memberikan persembahan. Buddha memberkahi mangkok bubur yang dipersembahkannya dan mengubahnya menjadi banyak. Kemudian seluruh rombongan pengikut Buddha memakan bubur tersebut dengan cukup dan meninggalkan tempat dengan membuat doa berkah yang besar untuk orang tua tersebut. Setelah itu, gandum emas tumbuh di sebidang tanah milik orang tua tersebut. Walaupun, Raja Sel-Gyel yang serakah menyita gandum emas dari orang tua  tersebut dan memberikan gandum biasa sebagai gantinya, yang mana juga berubah menjadi gandum emas dan gandum emas yang disita oleh Raja berubah menjadi gandum biasa. Sejak saat itu, penyebab kemiskinan orang tua tersebut telah terselesaikan dengan pahala yang masih harus dibayarkan dari persembahan semangkok bubur kepada Sang Buddha.

Suatu waktu Brahmana, melihat sebuah lobang kecil yang robek di jubah Buddha, mempersembahkan sepotong pakian kecil yang dia punya dan memohon untuk menambalkan lobang yang robek. Buddha menyetujiunya dan dia dengan sangat senang sekali. Kemudian, dengan jasa pahala kebajikan ini dia diramalkan mencapai pencerahan pada masa mendatang.

Lagi, suatu waktu istri pertama seorang Brahmana mempersembahkan bahan makanan yan memiliki sensasi cita rasa yang sempurna sebagai sedekah kepada seorang Pratyeka Buddha. Oleh karena itu, dia mengambil kelahiran kembali selama lima ratus generasi diberkahi dengan sensasi fisik seperti seperti para dewi. Kelak di kelahirannya kembali, dia menjadi Permaisuri dari Raja sel-Gyel dikenal sebagai Permaisuri Threng-Denma. Istri kedua yang mempersembahkan bahan makanan memiliki penamilan yang sempurna. Oleh karena itu, dia mengambil kelahiran kembali selama lima ratus generasi diberkahi dengan penampilan fisik yang sempurna dan menjadi Permaisuri dari raja Sel-Gyel dikenal dengan Permaisuri Yar-Tshuelma.

Suatu waktu seorang perumah tangga dikenal sebagai Tobdhay, seorang anak yang beruntung diberkahi dengan tanda-tanda moral kebajikan dilahirkan. Anak tersebut memiliki hiasan anting emas yang berharga dari kelahirannya, yang mana sebagai akibat dari persembahan yang dilakukan dia ketika dia terlahir sebagai saudagar pada satu kehidupan sebelumnya, dia mempersembahkan perhiasan anting yang berharga kepada Buddha Yoed-Sung untuk memperbaharui sebuah Stupa yang tua. Setelah itu, dia lahir dengan hiasan permata anting di telinganya di setiap kelahirannya.

Suatu waktu seorang anak perempuan yang jelek dilahirkan dengan lupa di seluruh tubuh di sepasang keluarga perumah tangga, dan mereka mengasuhnya secara diam-diam menyembunyikan dari dunia luar. Ketika dia tumbuh jadi besar dia diusir oleh orang tuanya, dan kemudian dia pergi ke tempat lain berkeliaran dengan kesedihan. Sementara itu, Ananda melihatnya dan bertanya: "Kenapa anda terlihat sangat sedih?" Dia menjelaskan semuanya dengan rinci. Kemudian Ananda mengerti permasalahannya, memberikan kepadanya cairan saffron wangi dan berkata kepadanya: "Oleskan pada Stupa Relik Buddha dan itu akan menyembuhkan kusata anda dan memurnikan hambatan-hambatan." Dia mengikuti nasihat dari Ananda, dan akibatnya dia terbebaskan dari penyakit kulitnya dan bentuk cacat lainnya, dan menjadi secantik dewi.

Bahkan pikiran kebijaksanaan yang luar biasa dari Arahat Shariputra adalah hasil dari kebajikan doa-doanya dan persembahan yang dilakukan pada satu kehidupan sebelumnya yang mana dia dilahirkan sebagai seorang istri Brahmana yang dikenal sebagai Zhibmo, dan mempersembahkan sebilah pedang dan jarum kepada seorang biksu yang tersadarkan untuk menjahit jubah.

Dan kekuatan ingatan yang tajam dari Ananda, yang dapat mengingat dengan hati seluruh isi text kitab suci tanpa lupa, adalah disebabkan oleh hasil kebajikan dari persembahan yang dilakukannya kepada seorang Arahat di kehidupan sebelumnya. Dia hanya mempersebahkan sebuah mangkok sedekah, tapi dengan cara ini:
"Seperti mangkok sedekah diisi dengan sedekah, Seperti mangkok sedekah mendasar kuat dan kokoh pada matras, Semoga Dharma mulia dalam pikiran saya dihargai selamanya!"

Kemudian, persembahan dan doa-doanya sebagai hasilnya.

Juga merupakan suatu keuntungan mempersembahkan doa-doa aspirasi untuk suatu persembahan seperti yang dinyatakan: "Doa aspirasi apapun yang dilakukan, itu akan membawa hasil yang dicita-citakannya."

Seorang yang berbudi luhur yang rajin berupaya dalam memberikan persembahan adalah seperti sebuah permata yang berharga, yang mana dapat secara spontan memenuhi keinginan dan aspirasi semua orang.

Sutra permohonan dari Raja Sel-Gyel menyatakan:
"Dengan mencat Stupa Sang Buddha dengan bubuk kapur; Seseorang akan dilahirkan di alam dewa atau manusia dengan umur panjang, Akan terbebaskan dari penyakit fisik mental dan kesedihan lainnya, Dan akan selalu diberkahi dengan kedamaian dan kemakmuran hidup."
"Dengan mempersembahkan lonceng pada kuil tempat suci dan Stupa, Seseorang akan diberkahi sebagai ahli pidato, ketenaran agung, Suara melodi dan kemampuan mengngat kehidupan lampau, Berbagai hiasan istimewa akan dapat dicapai.
Semoga pikiran saya diisi dengan Dharma yang mulia! Seorang yang bijaksana yang memegang tasbih dengan keyakinan dan rasa bakti pada Stupa dan Kuil tempat suci dari orang yang tercerahkan akan mengakumulasi pahala yang besar yang mana setara dengan emas yang menghiasai tasbih dan batu permata."
"Orang yang mengikatkan pita pada Stupa dari orang yang tercerahkan akan menjadi berkuasa atas umat manusia dan dewa, Dan akan menikmati kebahagiaan terbesar, Dia akan mencapai tahapan pembebasan yang luar biasa pada akhirnya."

Seperti yang dinyatakan pada Manfaat dan Pahala dari Berpradaksina pada Stupa:
"Saat ini mempersembahan kepada saya dan persembahan kepada relik saya di kemudian hari, tidak ada bedanya sama sekali; pahala adalah setara."

Dari White Lotus Dharma:
"Walau hanya dengan mempersembahkan sekuntum bunga dengan hormat dan sikap tulus, Kepada Gambar Sang Buddha di dinding, Seseorang akan melihat jutaan Buddha secara berurutan."

Seperti yang dinyatakan dalam Sutra:
"Kebahagiaan dan kenyamanan apapun yang kita punya di bumi ini adalah berasal dari persembahan yang dilakukan kepada Tiga Permata, Oleh karena itu selalu berusahalah memberikan persembahan kepada Tiga Permata.



*Sumber dari Palyul Times Edisi Kelima Nov 2012

Selasa, 22 November 2016 09:12

Manfaat dan Pahala Pradaksina

Manfaat dan pahala yang diperoleh dari melakukan pradaksina (mengelilingi) Gambar dan Stupa Suci dari Tubuh, Ucapan dan Pikiran Buddha adalah sebagai berikut:

Seperti yang dinyatakan dari Stanza Pradaksina;
"Pahala dari berpradaksina, di seluruh Stupa Sang Buddha, tidak dapat dijelaskan dengan sempurna, melalui dimensi kata-kata belaka."

Dan selajnutnya dinyatakan;
"Pahala yang diperoleh oleh seseorang berpradaksina pada Stupa Buddha, tidak akan tertandingi, bahkan dengan memuji para Buddha untuk sepuluh juta kalpa."

Dan juga:
"Dengan berpradaksina pada Stupa orang yang tercerahkan, Seseorang akan dapat mengatasi 8 kondisi yang tidak menguntungkan.
Dengan berpradaksina pada Stupa orang yang tercerahkan, Seseorang akan diberkahi kesadaran dan kecerdasan; Seseorang akan diberkahi keadilan dan sikap bijaksana; Seseorang akan dipuji oleh semua orang sepanjang waktu, dimanapun.
Denga berpradaksina pada Stupa orang yang tercerahkan, Seseorang akan dilahirkan sebagai dewa dan manusia dengan memiliki rentang umur yang panjang dan ketenaran yang agung."

Text Vinayana menyatakan;
"Kebajikan dengan pikiran bakti yang mendalam: Siapa yang berjalan mengitari Stupa Sang Buddha adalah setara dengan beratnya seratus ribu pon emas."

Sebagaimana yang dinyatakan dari Formula Magical Pradaksina,
"Hormat kepada Buddha Rinchen Gyaltshen! Melafalkan mantra 'Namo Bagavatay Ratna Kaytu Razaya, Tatha Gataya, Arhatay, SamnyaSam Bhudhaya, Tayatha, Om Rathnay Rathnay Maha Rathnay Rathna Bezaya Sawahaa', dan berpradaksina hanya sekali saja akan memperoleh pahala setara dengan pradaksina yang tak terhtung jumlahnya."

Juga, jika seseorang melafalkan mantra ini dan berpradaksina pada Stupa dari Tubuh, Ucapan dan Pikiran Buddha, itu dinyatakan secara ekstensif bahwa manfaat dan pahala adalah sangat besar. Denga demikian, ini sangat penting bagi kita semua untuk berlatih dengan cara ini.


*Sumber: Palyul Times Edisi Kelima Nov 2012

Selasa, 22 November 2016 09:07

Manfaat dan Pahala Namaskara

Manfaat dan pahala bernamaskara kepada tiga benda suci Buddha (Rupang, Kitab Suci dan Stupa) melalui devosi dan rasa hormat yang besar dari tubuh, ucapan dan pikiran adalah sebagai berikut;
Dari Buku Sabda Sabda Guruku: tangan beranjali diletakkan di atas dahi akan memurnikan hambatan tubuh/perbuatan, di tenggorokan akan memurnikan hambatan ucapan dan di depan jantung akan memurnikan pikiran. Kemudian dengan meletakkan di kelima titik di tubuh (dahi, kedua telapak tangan, dan kedua lutut kaki) di lantai, kotoran batin dari kelima racun akan dimurnikan, dan seseorang akan menerima berkah dari tubuh, ucapan, dan pikiran semua aktifitas Buddha yang tercerahkan.

Bernamaskara yang dilakukan secara terus menerus memiliki jasa pahala kebajiikan tak terhingga. Suatu kali ketika Ananda ertanya kepada Sang Buddha tentang pahala yang diperoleh seorang biarawan yang melakukan namaskara pada stupa yang berisi rambut dan kuku Buddha, Sang Buddha menjawab: Bernamaskara sekali saja, seseorang akan memperoleh pahala untuk terlahir sebagai sebagai raja di dunia untuk beberapa kali setara dengan partikelyang tertutip oleh tanah ketika bernamaskara; dan selanjtnya pahala adalah tanpa batas.

Sutra menyatakan: "Mahkota Kepala Buddha yang tak terlihat adalah buah dari namaskara Beliau yang tulus dengan rasa hormat dan bakti kepada Guru Spritualnya.

Sebagaimana yang dinyakan dalam Sutra Avalokithesvara:
"Jika anda bernamskara kepada Stupa Buddha dengan berlutut, anda akan menjadi seorang kaisar yang berani dan dominan, dan akan diberkahi jubah kaisar keemasan. Dan pada akhirnya anda akan menjadi guru yang luar biasa dan akan diketemukan Buddha."

The Dharma of White Lotus menyatakan:
"Siapa saja yang beranjali, apakah kedua tangan atau hanya sebelah tangan; atau kepala bersujud untuk sejenak, dan bernamaskara dengan rasa bakti terhadap relik Buddha dikatakan mencapai pembebasan segera."

The Sutra of Stainless Rays menyatakan:
"Jika ada anak laki-laku atau perempuan mulia yang bernamaskara, berpradaksina atau memberi persembahan ke Stupa Buddha; mereka tidak akan pernah dijauhkan dari jalan yang tercerahkan. Dan semua hambatan karmanya yang lalu akan dimurnikan juga."

The Tantric texts of Magical Emanaton Net menyatakan:
"Jika manfaat meenunjukan rasa hormat melalui sarana tiga pintu and bernamskara kepada gambar suci Buddha, memiliki bentuk tubuh, tidak akan cocok di bumi ini."

Dari Formula magical bernamaskara:
"Representasi di bawah kehadiran Tiga Permata, jika seseorang melafalkan mantra 'Kunchok Sum La Chak Tsal Lo (Hormat kepada Tiga Permata) dengan bernamaskara penuh dan bernamaskara tiga kali, seseorang akan terakumulasi pahala setara dengan manfaat yang diperoleh dari mendengar, berpikir dan berlatih Kitab Suci Tri Pitaka. Jika seseorang bernamaskara tiga kali setiap hari secara berkelanjutan, seseorang akan mencapai tahapan Realisasi Kebenaran yang jelas dalam rentang kehidupannya ini, dan tidak akan diganggu atau dibahayakan oleh gangguan manusia atau roh jahat hingga memperoleh tahapan itu."

Oleh karena itu, yang terbaik adalah seseorang senantiasa bernamaskara dengan rasa hormat dengan mengetahui manfaat dan pahala dari bernamaskara kepada Rupang, Kitab Suci dan Stupa Buddha yang mana telah dinyatakan dalam berbagai text Kitab Suci.


*Sumber: Palyul Times Edisi Kelima Nov 2012

RASHI TAK GYED
THE EIGHT AUSPICIOUS SIGNS
DELAPAN LAMBANG KEBERUNTUNGAN

Delapan lambang keberuntungan tradisi Buddhisme dianggap sangat signifikan. Tiap lambang dari delapan lambang keberuntungan ini mewakili arti masing-masing dan berbeda dalam keunikan sendiri. Tetapi pada akhirnya, semua ungkapan terjalin dalam jalur Buddha mencapai pencerahan.

1. Dhug (The Parasol/Payung)
Dhug adalah simbol dari martabat kerajaan dan perlidungan. Dikenal sebagai Chatrra dalam bahasa Sanskerta. Ini disimbolkan untuk menjaga makhluk dari bahaya seperti penyakit, kekuatan berbahaya dan hambatan-hambatan dan sebagainya. Kubah mewakili sifat kebijaksanaan yang meresap dan syal sutra yang menggantung mewakili kelembutan dari cinta kasih. Dengan demikian, bentuk komposit dari Dhug ini menandakan gabungan dari dua kualitas Kebijaksanaan dan Cinta Kasih.

 

 

 

 

2. Ser-Nya (The Golden Fish/Ikan Emas)
Gabungan dari dua Ser-Nya (Ikan Emas) menandakan inti dari pengetahuan dan kebijaksanaan, yang mana meningkatkan pemahaman tentang sifat sejati. Mata bulat yang indah menandakan mata dengan persepsi yang jelas, sebagai ikan dapat melihat walaupun dia air yang berlumpur. Dan postur mengalir lembut menandakan kemampuan dharma yang dapat membiarkan makhluk hidup berenag dengan mudah tanpa halangan dari lautan duniawi ke air yang penuh dengan kebahagiaan.

 

 

 

 

3. Bumpa (The Treasure Vase/Vas Harta)
Bumpa mewakili bentuk tenggorokan Buddha. Dikatakan bahwa Bumpa diisi dengan nektar keabadian dan perhiasan berharga, sehingga Vah Harta ini yang tak habis-habisnya dianggap sangat suci. Sebagaimana diisi dengan  barang berharga, disimbolkan pikiran yang terisi dengan pengetahuan Buddha Dharma dan dengan ini memenuhi keinginan semua makhluk hidup.

 

 

 

 

4. Padama (The Lotus/Teratai)
Padma tumbuh di kolam lumpur tetapi tumbuh mekar sangat indah dengan harum aromatik walau ada partikel lumpur kecil di atasnya, ini melambangkan kemungkinan ysng dimiliki makhluk hidup untuk terbebas dari penderitaan dan menjadi seorang yang tersadarkan melalui terlahirnya di lumpur tersebut eperti terlahir di alam samsara. Kelembutan dan kehalusan kelopak teratai ini menandakan kemamouan bicara yang dapat menjelaskan penjelasan sesuai dengan kemampuan dan motivasi dari makhluk hidup. Ini uga merupakan simbol dari tidak melekat.

 

 

 

 

5. Dungkar Aykhil (The Right-coiled White Conch/ Keong putih yang melingkar ke kanan)
Dungkar Aykhil, keong putih yang melingkar ke kanan digunakan sebagai terompet, lambang ketenaran, otoritas dan kedaulatan. Melambangkan Gigi Suci Buddha, dan suara melodi yang dihasilkan dari keong tersebut disimbolkan sebagai ajaran dharma, yang mana membangkitkan makhluk hidup dari ketidaktahuan (kebodohan) dan membujuk mereka menuju jalan perbuatan mulia yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lainnya.

 

 

 

 

6. Palbheu (The Endless Knot/Simpul tak berujung)
Palbheu adalah sebuah ilustrasi geometrik, yang mana melambangkan sifat realitas yang mana semua saling terkait dan hanya keberadaan karma dan akibatnya. Karena simpul Palbheu ini tidak berawal atau tidak berakhir, ini menandakan kebijaksanaan Buddha yang tak terbatas, cahayanya yang bersinar menandakan potensi pengetahuan yang mulia yang meliputi batas setiap sudut dimana makhluk hidup berada.

 

 

 

 

7. Gyaltshen (The Banner of Victory/Panji Kemenangan)
Gyaltshen adalah sebuah simbol yang melambangkan kemenangan pencerahan Buddha dan kemenangan doktrin Buddha atas kematian, kebodohan dan semua negativitas di dunia yang fana ini. Secara tradisonal ditempatkan di emapt sudut setiap biara Buddhis dan atap vihara untuk melambangkan kemenangan Buddha Dharma memancar ke semua empat penjuru, dan juga dilambangkan sebagai kemenangan atas emapt Mara (kekuatan jahat). Panji kemenangan ini juga digunakan pada saat prosesi.

 

 

 

 

8. Chokey Khorlo (The Wheel of Dharma/ Roda Dharma)
Chokey Khorlo dikenal sebagai Dharma Chakra dalam bahasa Sanskerta. Dikatakan bahwa Dewa Brahma mempersembahkan roda emas ini kepada Buddha dalam hal meminta Buddha memutar roda Dharma di dunia ini demi makhluk hidup. Di telapak kaki Buddha tercetak Dharma Chakra secara alami yang merupakan salah satu bukti pencapaiannya. Oleh karena itu, tanda ini melambangkan kaki Buddha yang benar-benar menghancrkan setiap emosi negative dan memenangkan pencerahan murni dengan kemuliaan. Memutar roda melambangkan roda Dhrama yang telah diputar dapat memungkinkan semua makhkuk hidup bersukacita atas perbuatan baik dan pembebasan akhir.

*Sumber: Palyul Times 5th Issue Nov 2012

Senin, 21 November 2016 14:23

Penjelasan Puja

Doa Guru Rinpoche
Tibet: Pema Jungney
Sanskerta: Guru Padmasambhava
Namanya berarti Guru Yang Mulia di Tibet. Dia dilahirkan dari bunga teratai melalui peristiwa yang ajaib. Melalui kemampuannya yang hebat dalam menenangkan segala kekuatan, dia berhasil membawa dan menyebarkan Buddhisme di Tibet. Guru Rinpoche dianggap Buddha kedua di aliran Vajrayana. Dikisahkan bahwa bahkan guru spiritual sering meminta pertolongan darinya ketika berhadapan dengan masalah atau krisis yang serius. Dia pernah berkata, “Saya akan datang dan membebaskan penderitaan dari semua orang di dunia pada hari kesepuluh setiap bulan.” Karena itu, puja diadakan untuk Guru Rinpoche pada hari kesepuluh Kalender Bulan Tibet.

 

Sam Ba Gesar Puja
Sampa Lhundrup
Sampa Lhundrup (Doa Pengabul Permintaan) adalah doa perlindungan kuat yang ditulis oleh Guru Rinpoche. Latihan ini dipercaya efektif untuk membantu seseorang dalam mendapatkan keberuntungan dan perlindungan dari musibah. Juga efektif untuk membantu seseorang mendapatkan permintaan-permintaannya secara cepat serta juga sepanjang jalan menuju pencerahan.

Barchel Lamsel
Melalui doa khusus ini, kita memuja Guru Rinpoche dan kedelapan wujudnya serta membangkitkan kekuatannya untuk membantu menjauhkan rintangan-rintangan - dalam, luar, dan rahasia - dari semua makhluk hidup.

 

Gesar Ritual
Raja Gesar dari Ling terkenal di seluruh penjuru Tibet dan Asia Tengah sebagai seorang pejuang besar yang legendaris. Dia melambangkan pejuang yang ideal - berhasil menaklukkan semua musuh dan kekuatan jahat dari empat penjuru. Latihan ini dipercaya membantu seseorang untuk melakukan sesuatu dengan berhasil dan percaya diri. Dia juga dipercaya sebagai perwujudan dari Guru Rinpoche.

 

Hari Waisak
Tibet: Saga Dawa Duechen
Hari Waisak dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-4 Penanggalan China. Liburan Buddhis ini memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Shakyamuni Buddha: Buddha dilahirkan di Lumbini (Nepal), mencapai penerangan di Bodhaya (India) dan memasuki parinirvana yang istimewa ini, kebaikan / kejahatan yang dihasilkan melalui tindakan positif / negatif dipercaya akan berlipat ganda berjuta-juta kali. Umat Buddhis didorong untuk menjadi vegetarian pada hari ini dan ikut serta dalam pembebasan nyawa.

 

Pemandian Rupang Buddha Pada Hari Waisak
Pada ulang tahun Shakyamuni Buddha, banyak umat Buddhis mengikuti tradisi memandikan Baby Buddha dengan air. Menurut legenda Buddhis, ketika Buddha dilahirkan, dia menunjukkan tangan kanannya ke atas dan tangan kirinya ke bawah untuk mengumumkan bahwa dia akan menyatukan surga dan bumi. Karena itu, sebuah patung Baby Buddha dengan mudra yang sama diletakkan di altar untuk upacara pemandian. Ketika kita menuangkan air ke Baby Buddha, kita berdoa secara tulus agar perbuatan, pikiran dan perkataan kita disucikan serta semua cacat dan kotoran batin kita dibersihkan dengan tujuan agar semua makhluk hidup dapat mengalami perkembangan spiritual.

 

 

Sakyamuni Buddha Puja
Tibet: Shakya Thupa
Sanskerta: Siddharta Gautama
Siddhartha Gautama, juga dikenal sebagai Sakyamuni atau Shakyamuni (“orang bijaksana dari kaum Shakya”), dianggap sebagai Buddha Termulia pada era ini. Ada empat Liburan Buddhis Tibet Utama yang merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya: Kelahiran, Penerangan dan Mahaparinirvana (Saga Dawa Duechen), Pemutaran Pertama Roda Dharma (Choekhor Duechen), Turun dari Surga Tushita (Lhabab Duechen) dan Menunjukkan Keajaiban (Chotrul Duechen). Jasa dari perbuatan baik, termasuk pelafalan mantra, dipercaya meningkat 10 juta kali ketika dilakukan pada hari-hari istimewa ini.

 

 

Lhabab Duchen
Lhabab Duechen (Turun dari Surga) adalah salah satu dari empat hari suci Buddha. Pada hari ke-22 bulan ke-9 penanggalan Tibet ini, kita memperingati kenaikan penuh cinta kasih dari Buddha ke Surga Tushita untuk mengajari ibunya yang telah meninggal agar terbebas dari samsara dan kepulangan penuh cinta kasih ke bumi untuk terus mengajar di alam manusia. Buddha sendiri mengatakan bahwa jasa yang besar dan penyucian 100 juta kali pada hari istimewa ini.

 

 

 

 

Medicine Buddha Puja
Tibet: Sangye Menla
Sanskerta: Bhaisajya Guru Buddha
Medicine Buddha adalah Buddha Penyembuhan. Untuk menunjukkan kekuatan penyembuhannya, dia digambarkan bertubuh biru tua dan memegang mangkuk sedekah berisi ramuan pengobatan pada tangan kiri, sedangkan di tangan kanan memegang tumbuhan arura, sejenis tumbuhan yang terkenal akan kualitas pengobatannya. Kepercayaan dan doa kepada Medicine Buddha akan membantu menghalangi penyakit-penyakit dalam menjangkiti pikiran dan tubuh kita. Bagi mereka yang sakit, dia menggunakan kekuatan penyembuhannya untuk membantu mereka sembuh dari penyakit lebih cepat. Dia juga membantu menghancurkan ketidakpedulian dan pikiran yang egois. Karena itu, latihan Medicine Buddha mendatangkan kesehatan, umur yang panjang dan juga pikiran yang jernih.

 

Amitabha Buddha
Tibet: Od Pag Med
Amitabha Buddha, yang juga disebut Amita atau Amida Buddha, mungkin adalah yang paling terkenal dari para Buddha Dhyani. Secara khusus, devosi kepada Amitabha adalah pusat dari Tanah Suci Buddha, salah satu sekolah terbesar Buddhisme Mahayana di Asia.
Dalam jangka waktu lalu, Amitabha adalah seorang raja yang meninggalkan kerajaannya untuk menjadi seorang biarawan. Disebut Dharmakara Bodhisattva, biksu berlatih dengan tekun selama lima ribuan tahun dan pencerahan menyadari dan menjadi seorang Buddha.
Buddha Amitabha memerintah Sukhavati, surga barat, juga disebut Tanah Murni. Mereka lahir kembali dalam pengalaman Tanah Murni sukacita mendengar Amitabha mengajarkan dharma sampai mereka siap untuk memasuki Nirvana.
Amitabha melambangkan rahmat dan kebijaksanaan. Dia dikaitkan dengan skandha ketiga, yaitu persepsi. Tantra meditasi pada Amitabha adalah penangkal keinginan. Dia kadang-kadang digambarkan di antara Avalokiteshvara Bodhisattva dan Mahasthamaprapta.

Amitayus Buddha
Amitayus adalah Buddha Panjang Umur. Dia adalah aspek sambhogakaya dari Amitabha Buddha, Buddha Cahaya dan Kehidupan Yang Tak Terbatas. Amitayus digambarkan menggendong sebuah pot yang berisi minuman keabadian yang berharga; amrita, yang memberikan umur panjang; dan daun-kehidupan abadi tanpa penderitaan (shoka) karena penyakit. Latihan dan doa yang tulus kepada Amitayus dipercaya membantu menghilangkan semua rintangan-rintangan menuju kehidupan yang abadi seperti penyakit dan penderitaan. Latihan Amitayus penting karena umur panjang dipercaya merupakan kondisi yang mendukung dan memberikan kita lebih banyak waktu dan kesempatan untuk melatih Dharma, jadi kita akhirnya dapat mencapai tujuan kita - pembebasan dari Samsara.

 

 

Chenrezig Puja
Sanskerta: Avalokitesvara
Avalokitesvara Bodhisattva adalah Bodhisattva Cinta Kasih dan Welas Asih. Beliau mengambil sumpuah untuk menyelamatkan semua makhluk hidup dari penderitaan dan menunda kebuddhaannya untuk memenuhi janji ini. Beliau bermanifestasi dalam beberapa wujud – dua tangan, empat tangan, seribu mata, seribu tangan, sebelas kepala, dll. Cinta kasih dan sifat menolongnya yang tak terbatas memberi inspirasi bagi banyak pengikut. Melalui latihan dan doa kepada Chenrezig, kita berkeinginan untuk mengubah sifat-sifat yang negative menjadi motivasi yang tidak egois untuk membantu sesama.
Dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh dalam melafalkan mantranya “Om Mani Padme Hung” adalah tidak terhingga.

 

Green Tara Puja
Tibet: Drolma
Sanskerta: Tara
Green Tara adalah inti dari pikiran yang suci (dharmakaya) dari semua Buddha. Dia adalah Ibu dari mana semua Buddha masa lalu, masa sekarang dan masa depan dilahirkan. Namanya berarti “Pembebas Yang Cepat” dan menunjukkan kekuatannya untuk membebaskan kita secara cepat dari sebab penderitaan samsara, delapan ketakutan atau bahaya (ketidakpedulian, kebencian, ketergantungan, kesombongan, kecemburuan, pandangan yang salah, keraguan dan keegoisan) dan juga penyakit fisik maupun mental. Dipercaya bahwa melalui kepercayaan dan latihan kepada Tara yang kuat, seseorang dapat terbebas dari penderitaan, membebaskan makhluk hidup dan akhirnya, mencapai pencerahan.

 

Vajrasattva Puja
Vajarasattva adalah Buddha Penyucian. Dia digambarkan disini dengan pasangannya, Vajragharvi. Tangan kanannya memegang sebuah vajra di dekat hati, melambangkan kualitas kemampuannya, sementara tangan kirinya memegang sebuah bel, melambangkan kebijaksanaan. Dipercaya bahwa dengan meditasi dan latihan sadhana / doa Vajrasattva yang sesuai serta pelafalan mantranya setidaknya dua puluh satu kali dalam sehari dapat membantu menghilangkan dan menyucikan karma negatif yang tak terbayangkan lamanya, secara khusus, pelanggaran samaya yang keramat atau janji yang dilanggar. Penyucian terjadi hanya jika seseorang mengaku dengan tulus dan berawal dengan membangkitkan bodhicitta - memunculkan motivasi murni untuk membantu makhluk lain mencapai pencerahan terlebih dahulu, memunculkan perasaan penyesalan akan tindakan negatif, memutuskan untuk tidak melakukannya lagi dan lebih lanjut, menyeimbangkan tindakan-tindakan negatif tersebut dengan melakukan tindakan-tindakan positif sebanyak mungkin.

 

Doa 35 Buddha Pengakuan
Latihan melafalkan nama-nama dari Tiga Puluh Lima Buddha sambil mengingat karma negatif masa lalu dan mengakui semua tindakan buruk yang dilakukan ini merupakan cara yang efektif dalam menyucikan semua karma masa lalu agar seseorang mendapatkan kelahiran kembali yang baik pada kehidupan yang akan datang.
Medicine Buddha Puja, Sakyamuni Buddha Puja dan pada hari-hari yang istimewa.

 

 

 

Dakini Puja
Dakini adalah dewi yang kuat dan sering digunakan sebagai makhluk suci meditasi pribadi (yidam) oleh para praktisi. Mereka dapat muncul dalam bentuk yang damai atau penuh kemarahan. Dalam bentuk yang penuh kemarahan, mereka sering digambarkan telanjang dengan postur menari, memegang sebuah cangkir tengkorak berisi darah pada satu tangan dan drigug (pisau) di tangan yang lain. Dia mungkin dihiasi dengan untaian tengkorak manusia di sekeliling lehernya dan di kepalanya. Dia mungkin juga digambarkan sedang menginjak sesosok mayat, yang melambangkan penaklukannya terhadap ego dan ketidakpedulian. Ketelanjangannya melambangkan pikiran alami atau rigpa kita yang tidak ditutupi oleh cadar maupun cacat. Postur menarinya juga melambangkan pergerakan, kekuatan dan energi kuat yang dibutuhkan untuk menghancurkan akar dari ego dan ketergantungan dari mana delusi itu berasal.
Dibalik wujud mereka menakutkan, Dakini adalah gambaran dari kebijaksanaan atau kecerdasan dalam memahami shunyata (kekosongan). Mereka sangatlah kuat dalam membantu praktisi untuk menaklukkan rintangan-rintangan dalam mewujudkan keinginan-keinginan mereka dalam kemajuan spiritual. Dakini Puja diselenggarakan setiap tanggal 25 dari Kalender Bulan Tibet.

 

Persembahan Air Untuk Zambala Hitam
Dzambala adalah dewa kekayaan. Latihan ini mendatangkan kekayaan material maupun spiritual bagi pengikutnya untuk menhilangkan kemiskinan serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih kedermawan. Dzambala juga memberikan kita kekayaan spiritual dan pertumbuhan pribadi. Dipercaya bahwa dia memiliki kekuatan yang hebat untuk membebaskan makhluk hidup dan membimbing mereka menuju penerangan sempurna.
Pada puja ini, pengikut menuangkan susu di atas kepala Dzambala menandakan madu yang pernah dituangkan Chenrezig di atas kepala Dzambala.

 

 

 

21 Dzambala
(Intisari Makhluk Suci Pengabul Keinginan Akan Kekayaan)
Dzambala adalah dewa kekayaan. Walaupun dia adalah dewa duniawi, dipercaya bahwa dia hampir mencapai pencerahan. Latihan Dzambala akan (financial) dan spiritual. Praktisi harus menggunakan kekayaan mereka dalam kegiatan amal dan mengumpulkan perbuatan baik melalui tindakan tersebut. Tanpa adanya masalah finansial, lebih mudah bagi pikiran untuk menghasilkan cinta kasih dan juga kebijaksanaan. Akhirnya, perbuatan baik dan kebijaksanaan yang terkumpul akan membantu praktisi untuk terbebas dari Samsara dan mencapai kebuddhaan.

 

 

 

Vajrakilaya Ritual
Vajrakilaya adalah salah satu makhluk suci yang paling kuat di Buddhisme Tibet. Vajrakilaya membentuk semua aktivitas pencerahan dari semua Buddha, bermanifestasi menjadi sebuah bentuk yang penuh kemarahan dan juga cinta kisah dengan tujuan mengendalikan delusi maupun hal-hal negatif yang dapat muncul sebagai rintangan dalam latihan Dharma. Vajrakilaya adalah manifestasi kemarahan dari Vajrapani yang memang pemarah - maka dinamakan “Raja Kemarahan”. Vajrapani merupakan inti kebijaksanaan Buddha dari tiga zaman dan sepuluh arah, sehingga memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa. Pada zaman kemerosotan moral ini, makhluk hidup menghadapi gangguan kemerosotan mental yang hebat. Sebuah manifestasi Buddha atau Bodhisattva yang biasa dalam wujud yang damai sulit untuk menyelamatkan makhluk-makhluk dengan kemerosotan seperti ini. Maka, Vajrapani, pemegang vajra, bermanifestasi menjadi wujud yang pemarah untuk menenangkan makhluk-makhluk ini. Nama Tibet dari Vajrakilaya adalah Dorje Shonnu. Dorje berarti tidak bergerak dan tidak berubah. Shonnu berarti kemudaan abadi, tidak menua dan tiada penyakit.
Pada vihara Tibet di seluruh dunia, Vajrakilaya Gutor atau Grand Puja akhir tahun biasanya diselenggarakan selama 6 sampai 7 hari sebelum Tahun Baru Tibet atau Losar. Sangatlah penting untuk menyelenggarakan ritual ini pada bulan ke-12 hari ke-29 setiap tahun - karena dipercaya bahwa rintangan, kutukan dan kekuatan negatif berada pada puncaknya pada hari khusus tersebut. Vajrakilaya Gutor akan membantu menghilangkan hal-hal tersebut dan memastikan bahwa mereka tidak memasuki tahun baru.

Doa 100 Makhluk Suci (Chang Chod) Bagi  Yang Meninggal
Legenda menceritakan bahwa teks Seratus Makhluk Suci pertama kali turun di atas atap istana dari Raja India Ja. Menyadari pentingnya hal tersebut, Raja melatih teks Seratus Makhluk Suci selama enam bulan. Kemudian, Vajrapani bertubuh emas, berukuran satu inci, muncul dan memberikan berkat kepada Raja dan mengizinkan dia memiliki pemahaman yang sempurna dari teks tersebut. Raja India Ja adalah orang yang menurunkan ajaran Seratus Makhluk Suci kepada Guru Padmasambhava kita yang tercinta. Dalam perjalanan menuju Barat Daya Roksha, Guru Padmasambhava juga menurunkan ajaran Seratus Makhluk Suci itu kepada murid-muridnya. Seorang wanita bernama Yeshe Tshogyal menggunakan tinta emas untuk menuliskan ajaran tersebut di atas secarik kertas dan menyimpannya di sebuah gua untuk memberikan manfaat kepada generasi masa depan. Ajaran tersebut kemudian ditemukan oleh Karma Lingpa, yang menurunkannya kepada muridnya, Orthon Jiangpon dan sampai kepada guru silsilah Palyul kita, His Holiness Penor Rinpoche. Siapapun yang melihat, mendengar atau memegang teks Seratus Makhluk Suci akan diberkati. Jika seseorang mampu menerima Inisasi Seratus Makhluk Suci, berlatih dan mematuhi samaya (sila), maka dia akan mendapatkan realisasi, dijauhkan dari segala rintangan dalam kehidupan ini serta semua keinginan mereka akan tercapai. Kemudian pada kehidupan yang akan datang, mereka akan mampu mewujudkan sifat Seratus Makhluk Suci di dalam diri mereka.

42 Peaceful Deities
Selama upacara, kita mengundang Seratus Makhluk Suci dan memberikan persembahan kepada mereka. Jasa yang dihasilkan dari persembahan ini diberikan kepada mereka yang telah meninggal untuk membantu mereka dalam penyucian karma dan pembebasan. Pemimpin doa juga akan membantu membangkitkan kesadaran dan memusnahkan keinginan jiwa di alam Bardo (masa peralihan diantara kematian dan kelahiran kembali) agar mereka dapat dibebaskan dan dilahirkan kembali di Alam Suci Buddha bukan di enam alam samsara. Pada akhir ritual, kertas dengan nama-nama dari mereka yang telah meninggal dibakar. Api tersebut melambangkan kebijaksanaan dari Seratus Makhluk Suci dan tindakan membakar melambangkan pemutusan ketergantungan dari mereka yang meninggal pada konsep “ego” atau “diri” (yang merupakan sebab dari penderitaan seseorang). Dipercaya bahwa melalui upacara ini, kesadaran dari mereka yang meninggal disatukan dengan kebijaksanaan dari Seratus Makhluk Suci sehingga membawa mereka menuju kebebasan. Bagi mereka yang mengikuti dan memberikan persembahan dalam upacara Seratus Makhluk Suci, dipercaya bahwa mereka juga akan mengumpulkan jasa yang tak terhingga serta memutuskan atau meniadakan hubungan karma yang buruk atau negatif dengan mereka yang telah meninggal.

58 Wrathful Deities

Lud (Chi Lu) Ritual
Ritual Lud Tangma dilakukan untuk memusnahkan kematian yang belum saatnya dikarenakan rintangan-rintangan yang berasal dari roh-roh jahat dan hal-hal negatif lainnya. Ini termasuk karma buruk, kesehatan yang buruk, masalah finansial dan semua penderitaan mental, spiritual dan emosional seperti ketakutan, kebingungan, sakit dan keraguan. Pada ritual ini, peserta akan meletakkan kuku dan rambut yang sudah dipotong, pakaian yang sudah dipakai dan belum dicuci, leng chag (sejenis cetakan yang dipakai untuk menggosok bagian tubuh yang sakit) ke dalam sebuah wadah (LUD) yang berisi patung manusia. Patung, leng chag, rambut, kuku dan pakaian melambangkan semua hal-hal negative dan rintangan-rintangan dari peserta. Makanan dan persembahan juga diletakkan di dalam Lud untuk menenangkan roh-roh jahat dan menjauhkan mereka dari kita. Pada akhir ritual, Lud dibuang dan ditinggalkan di persimpangan jalan agar menghilangkan semua penyebab dari kematian yang tidak wajar.

 

 

Fang Sen
Tibet: Tse Tar
Pembebasan Nyawa adalah latihan Buddhis untuk menyelamatkan nyawa dari hewan-hewan yang ditakdirkan untuk dibunuh. Kehidupan adalah hadiah yang paling berharga yang dapat diberikan oleh seseorang kepada makhluk hidup lainnya. Seperti diajarkan oleh Shakyamuni Buddha: “Hargailah semua makhluk hidup dengan hati yang tak terbatas. Sebarkan kebaikan di seluruh dunia”. Maka kita harus memperlakukan semua makhluk hidup, termasuk hewan, secara adil dan penuh cinta kasih. Kita harus merubah sikap egois kita dan mulai menumbuhkan cinta kasih untuk kebaikan dan kehidupan semua hewan lainnya, khususnya mereka hewan-hewan yang akan dibunuh.  Juga dipercaya bahwa melalui kelahiran dan tumimbal lahir yang tak terhitung jumlahnya, kita telah memiliki orang tua, kerabat, teman dan musuh. Mereka, dikarenakan karma mereka, mungkin dilahirkan kembali di alam hewan. Melalui Pembebasan Nyawa, kita membayar kembali hutang karma apapun yang mungkin kita miliki dengan makhluk-makhluk ini.
Pembebasan Nyawa adalah  menyelamatkan nyawa, membayar hutang, membantu keadaan darurat, cinta kasih, mencapai kesadaran, mengumpulkan kebajikan, praktis mengubah takdir seseorang, memutuskan hubungan karma yang buruk, menghilangkan kesialan, mengobati penyakit, menyelamatkan keluarga dan kerabat, memperpanjang umur seseorang, sebuah perlindungan, membantu agar seseorang dilahirkan di Alam Suci Buddha. Menurut Sutra Ksitigarbha, keuntungan yang tak terhingga dari Pembebasan Nyawa mencakup:
(1) Umur panjang (2) Cinta kasih yang tumbuh dengan sendirinya (3) Roh baik yang berteman dengan anda (4) Seseorang merasa seperti di rumah dan senang dengan hewan-hewan (5) Kebajikan yang tak terhingga (6) Rasa hormat dari teman (7) Tidak ada penyakit dan masalah (8) Kebahagiaan dan keberuntungan (9) Percaya akan jalan Buddha di sepanjang hidup seseorang (10) Seseorang tidak akan terpisahkan dari Tri Ratna (11) Pencapaian akhir Bodhi (12) Umur panjang dan pengharapan yang terbaik bagi guru seseorang (13) Kelahiran di Alam Suci Buddha.

Sang Puja atau Gunung Asap Puja
Sang Puja, juga disebut Gunung Asap Puja, dilakukan sekali setiap dua bulan di Palyul Nyingma Center. Ritual ini termasuk melafalkan doa dan pembuatan asap persembahan yang besar dengan membakar makanan (sereal, kacang, biscuit, permen, nasi, gula), minuman (anggur, jus, susu), potongan kain warna-warni, bunga dan dupa.
Pada Puja Asap ini, asap atau intisarinya dipersembahkan kepada 4 kelompok makhluk: Buddha, Bodhisattva, dan semua makhluk suci lainnya; para pelindung dharma; semua makhluk hidup; naga atau roh yang mungkin memiliki hutang karma dengan kita. Untuk dua kelompok pertama, asap diberikan sebagai persembahan sementara untuk dua kelompok lainnya, asap diberikan sebagai hadiah.
Dipercaya bahwa makhluk hidup menerima persembahan itu dengan menghirupnya. Makhluk yang berada di neraka panas merasa dingin dan tenang. Begitu juga, makhluk yang berada di neraka dingin merasa hangat dan puas. Preta atau hantu kelaparan juga senang karena merasakan ketenangan dari kelaparan dan kehausan mereka yang tak terpuaskan. Manusia juga merasa puas karena keinginan mereka dikabulkan.
Melalui kehidupan masa lalu kita yang banyak, merupakan hal yang pasti bahwa pada suatu saat seseorang telah melukai naga, roh, makhluk suci sekitarnya, dewa duniawi dan makhluk hidup lainnya - baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Mungkin, kita mendaki gunung atau mandi di sungai dan menghancurkan rumah mereka pada waktu itu. Karena tindakan kita tersebut, kita telah membentuk suatu hutang karma antara makhluk-makhluk ini dengan diri kita. Sebagai akibat dari hutang karma ini, mereka membawa penyakit, rintangan dan halangan kepada kita untuk membuat kita “membayar” atas tindakan berbahaya kita. Dengan melakukan Sang Puja, kita membayar semua hutang karma kita agar makhluk-makhluk ini berhenti melukai kita.
Sebelum melemparkan piring atau gelas persembahan kita ke dalam api, seseorang tidak boleh berpikiran bahwa persembahan itu hanya berupa sepiring makanan atau segelas minuman. Sebaliknya, seseorang harus membayangkan bahwa persembahan itu adalah sebuah samudera luas berisi bahan-bahan yang berharga dan dipersembahkan kepada empat makhluk yang disebutkan di atas dan juga bahwa mereka semua sangat senang ketika mereka menerima persembahan dan hadiah kita.

Lung Ta atau Wind Horse
Lungta, biasanya berbentuk kertas berwarna atau bendera, serta memiliki cetakan doa, mantra, hewan dan simbol-simbol khusus lainnya yang berada di atasnya. “Lung” berarti angin atau ruang yang melambangkan fondasi universal dan penyebaran menyeluruh. “Ta” berarti kecepatan tertinggi yang dapat dicapai oleh kuda. Jika digabung, Lungta dapat diartikan pengiriman pesan dan berkat secara cepat kepada semua makhluk hidup sehubungan dengan kekuatan kuda yang luar biasa dan kekuatan angin.
Simbol yang lebih umum terdapat di Lungta mencakup 5 hewan. Kuda yang berharga, dihiasi dengan permata pengabul permintaan yang menyala pada punggungnya, mewakili elemen angin dan kecepatan dimana kesialan seseorang dapat berubah dan keinginan terpenuhi. Garuda atau burung yang luar biasa, digambarkan dengan tanduk yang menyala terbang tinggi di langit, mewakili elemen api. Naga yang dipercaya tinggal di bawah laut mewakili elemen air. Singa yang menjelajahi gunung melambangkan bumi sementara harimau, seekor hewan liar di hutan, melambangkan elemen kayu.
Bendera secara keseluruhan juga merupakan lambang dari perbuatan, perkataan dan pikiran dari Buddha. Bendera sebagai tubuh Buddha, mantra / doa yang tercetak sebagai perkataan Buddha dan arti dan doa itu sebagai pikiran Buddha.
Latihan melepaskan lungta bermula dari seorang Raja India yang terkena penyakit misterius. Dia berkonsultasi dengan beberapa orang dokter tetapi tidak ada satu pun yang mampu menyembuhkannya. Akhirnya, dia mendatangi Buddha untuk meminta nasihat. Buddha melihat bahwa kondisi raja disebabkan oleh rintangan-rintangan yang diberikan kepadanya oleh makhluk hidup lainnya (berbeda dengan rintangan-rintangan yang terjadi dikarenakan tindakan negatif seseorang). Buddha menasihatinya bahwa satu-satunya cara adalah dengan pergi ke puncak gunung dan dengan keyakinan yang kuat, melepaskan 100.000 lungta. Ada makhluk hidup yang tidak pernah mengenal Dharma (Ajaran Buddha) karena mereka tidak memiliki karma (takdir) untuk mendengar atau membaca Dharma. Jadi dengan membebaskan doa lungta ini, seseorang menciptakan karma agar orang lain mengetahui dan mengenal Dharma. Jasa yang dihasilkan dari tindakan positif ini diberikan kepada orang yang melepaskan lungta itu.
Keuntungan melepaskan lungta antara lain:

  • Menghilangkan kutukan yang ditujukan kepada kita oleh orang lain
  • Perlindungan dari masalah hukum
  • Memusnahkan mimpi, pikiran dan perbuatan yang buruk
  • Kesehatan yang baik
  • Kuasa atas makhluk lainnya
  • Kekayaan
  • Kedamaian diri
  • Keberuntungan dan panjang umur
  • Keberhasilan dan terkabulnya segala keinginan
  • Menyucikan karma buruk kita

Sebelum melepaskan lungta, puja / ritual asap dilakukan di pagi hari untuk mengundang roh gunung, roh tanah, dewa sekitarnya dan naga. Setelah puja asap, lungta disebarkan dari puncak gunung, laut atau tempat tinggi yang bersih dengan angin yang bertiup agar bendera-bendera tersebut dapat terbang tinggi dan menyebar dengan luas. Seiring dengan tersebarnya lungta oleh angin, perlindungan berlipat ganda dibagikan kepada semua makhluk hidup.

Page 6 of 7

Three things cannot be long hidden: the sun, the moon, and the truth.

"Buddha"

Jadwal Acara

Copyright © 2016 - Palyul Nyingma Indonesia - All Rights Reserved

Pengunjung: 02040123